Pages

Kamis, 31 Maret 2011

Success

Success is state of mind. If you want success, start thingking of yourself as a success.
- Dr. Joice Brothers-

5 Kebiasaan yang Merusak Keindahan Rambut

Tanpa disadari, ada banyak kebiasaan sehari-hari yang memiliki efek buruk pada kesehatan rambut. Agar kerusakan rambut tak bertambah parah, cobalah menghindari kebiasaan berikut ini:

1. Menyisir rambut basah
Seperti dikutip dari CareFair.com, rambut yang basah kekuatannya menjadi berkurang. Menyisir rambut dengan sisir sikat setelah keramas akan justru membuat rambut patah atau rontok. Sebaiknya gunakan sisir jari untuk merapikan rambut basah Anda. Setelah kering, baru rapikan dengan sisir sikat.

2. Mengeringkan rambut dengan handuk terlalu kencang
Saat mengeringkan rambut dengan handuk, jangan menggosok terlalu kencang. Alasannya hampir sama dengan menyisir rambut di waktu basah: menggosok rambut terlalu kencang hanya akan membuat patah dan mudah bercabang.

3. Mengikat rambut terlalu kencang
Rambut yang diikat terlalu kencang akan menjadi rapuh. Nutrisi rambut tak akan menyebar dengan sempurna jika selalu diikat terlalu kencang. Ikatlah rambut dengan lembut dan kencangkan ikatan secukupnya. Hal ini juga dapat menghindarkan rambut dari kerontokan — akibat tertarik sewaktu proses pengikatan.

4. Tidur dengan rambut terikat
Sel-sel pertumbuhan rambut lebih aktif saat kita tidur. Karenanya, tertidur dalam keadaan rambut terikat membuat sel-sel rambut tidak bisa aktif seluruhnya sehingga keindahan rambut pun menjadi berkurang. Tidur dengan rambut terikat juga bisa membuat rambut kusut di saat bangun. Akibatnya, rambut akan sulit ditata.

5. Suhu pengering rambut terlalu tinggi
Mengeringkan rambut dengan suhu yang terlalu tinggi akan membuatnya kering dan rapuh. Sesekali, mengeringkan rambut demi menatanya memang tidak masalah. Tapi sebaiknya jangan dilakukan setiap hari. Lebih baik angin-anginkan rambut hingga kering. Beberapa produk pengering rambut juga menyediakan fitur yang memungkinkan Anda mengatur suhu sesuai keinginan. Pasanglah pada suhu yang paling rendah untuk menjaga kesehatan rambut.

Sumber: Yahoo

Mengatasi Kuping Kemasukan Air

Menggunakan Gravitasi
Untuk mengeluarkan air dalam telinga, salah satu cara terbaik adalah dengan gravitasi. Caranya, miringkan telinga hingga sejajar dengan tanah. Gravitasi secara alami akan menguras air yang terjebak di telinga. Jika Anda merasa air masih ada, dengan telapak tangan, tekan kepala Anda dengan lembut.

Menggunakan Alkohol
Jika air telah terjebak selama berhari-hari, cara lain yang cepat dan efektif adalah dengan menggunakan sedikit alkohol. Rendam cotton bud atau bola kapas pada alkohol. Untuk mencegah alkohol berlebih, tekan bola kapas dengan jari-jari anda. Selanjutnya, tubuh dibaringkan lurus sehingga telinga yang bermasalah menghadap langit-langit. Sekarang masukkan cutton bud secara perlahan ke dalam telinga, dan pastikan Anda tidak mendorongnya terlalu jauh. Setelah beberapa jam, alkohol secara bertahap akan menyerap kelebihan air.

Menggunakan Pengering Rambut
Ingin tahu cara hilangkan air dari telinga dengan cepat ?. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pengering rambut. Atur pengering rambut ke setelan rendah dan arahkan nozzle pengering ke telinga. Pastikan tidak terlalu dekat ke lubang telinga. Dalam beberapa menit, air di telinga Anda akan mengering. Jika cara ini tidak bekerja, jangan naikkan suhu pengering. Penggunaan suhu tinggi dapat menyebabkan kulit halus di wajah dan telinga terbakar.

Menggunakan baby oil
Cara lain yang patut dicoba adalah dengan baby oil hangat. Dengan bantuan pipet, tuangkan beberapa tetes baby oil hangat ke telinga yang terkena air. Berbaringlah selama beberapa waktu, kemudian tarik ke atas daun telinga untuk memastikan minyak masuk ke semua jalan menuju telinga. Setelah beberapa waktu air akan mengalir keluar dari telinga.

Sumber: Erabaru

Minggu, 06 Maret 2011

Kesalahan Memasak yang Mengundang Racun

Banyak orang enggan makan di tempat yang kurang bersih karena takut keracunan. Padahal, sebenarnya keracunan makanan bisa berawal dari dapur sendiri.

Berdasarkan data YLKI, tren kasus keracunan makanan meningkat tajam sejak tahun 2004. Sekitar 45 persennya terjadi pada anak-anak sekolah. Dan, sampai sekarang, kasus keracunan makanan tetap saja banyak terjadi silih berganti di berbagai daerah. Penyebabnya sangat beragam. Ada yang karena jajan sembarangan dan tidak sedikit juga karena menyantap olahan dapur rumahan.

"Riset membuktikan ternyata orang tidak terlalu berhati-hati dalam mengolah makanan seperti yang seharusnya," kata Janet B Anderson, RD, profesor klinik bidang nutrisi dan ilmu makanan di Utah University. "Banyak orang percaya bahwa mereka sudah melakukan prosedur yang benar, padahal kenyataannya tidak."

Berikut adalah beberapa kesalahan yang selama ini sering kita lakukan di dapur, yang akhirnya bisa menyebabkan keracunan makanan :
  1. Hanya mencuci buah yang kulitnya bisa dimakan. Padahal, buah yang kulit dan bijinya tidak bisa dimakan, seperti pisang dan melon misalnya, bisa sama berbahayanya. Bakteri bisa berpindah dari kulit luar ke daging buah melalui pisau pemotong. Kesimpulannya, semua jenis buah-buahan harus dicuci. Dianjurkan: Kupas juga kulit tomat, stroberi, dan paprika setelah dicuci.
  2. Meninggalkan sisa makanan di atas kompor. Meninggalkan sisa makanan di panci di atas kompor, meski dengan tujuan supaya makanan tetap hangat, justru akan merusak makanan tersebut. Menghangatkan makanan yang kita kira bisa mengurangi kemungkinan timbulnya racun, justru memberi hasil sebaliknya. Beberapa racun justru terbentuk karena makanan dihangatkan. Aturan yang benar: simpan sisa makanan di dalam kulkas. Hangatkan ketika jam makan hampir tiba.Dianjurkan: Tempatkan sisa makanan yang masih hangat dalam wadah kecil dan tidak terlalu tinggi supaya makanan lebih cepat dingin. Jangan penuhi kulkas dengan wadah berisi makanan. Mengapa? Karena kulkas yang penuh jadi tidak bisa mengeluarkan udara dingin dengan efisien.
  3. Memanggang daging hingga warna merahnya hilang. Penelitian di Kansas University mengatakan bahwa mata kita tidak bisa digunakan sebagai ukuran matang tidaknya sepotong daging. Contohnya, daging yang dibekukan akan cepat berubah warna menjadi coklat saat dimasak meski sebenarnya belum benar-benar matang. Sebaliknya, beberapa jenis daging cincang segar bisa tetap berwarna merah muda saat mencapai tingkat kematangan yang sempurna. Satu-satunya cara untuk mengetahui tingkat kematangan daging yang benar adalah dengan menggunakan termometer daging. Daging disebut matang kalau suhunya sudah 71 derajat celsius atau lebih saat dimasak. Dianjurkan: Kalau merasa daging yang dimasak belum cukup panas dan kita ingin memasaknya lebih lama, cuci dahulu termometer daging sebelum digunakan kembali untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
  4. Langsung mencuci sayuran. Saat membawa sayuran segar pulang dari swalayan, kita jadi ingin langsung membersihkannya dan menyimpannya dalam kulkas. Tetapi, kebiasaan ini justru bisa menyebabkan tumbuhnya jamur dan mikroba. Penyebabnya adalah kelembaban yang tertinggal dari air cucian, kata Linda J Harris, PhD, direktur riset keamanan makanan Western Institute, University of California. Sebaiknya, bersihkan sayur tepat sebelum kita mengolahnya. Dianjurkan: Kupas lapisan luar selada dan kubis. Di bagian inilah kontaminasi paling banyak terjadi. Bersihkan juga bagian-bagian lainnya. Jangan gunakan sabun karena dapat meninggalkan residu berbahaya.
Sumber: Kompas